Warga Polandia Lebih Indonesia?
Bukan bermaksud provokatif. Judul tersebut memunculkan kabar gembira sekaligus rambu peringatan bagi para pemangku kepentingan. Sebagaimana diwartakan surat kabar Kompas edisi 15 September 2010, warga Polandia semakin banyak yang mempelajari bahasa dan budaya Indonesia. Hal tersebut didukung adanya keyakinan masa depan ekonomi di kawasan Asia jauh lebih cerah ketimbang kawasan lain. Di berita bertajuk Bahasa Indonesia Makin Digemari tersebut, Sekretaris Pertama Kedutaan Besar Republik Indonesia Timoer Poerwonggo menyatakan, besarnya minat warga Polandia belajar budaya dan bahasa Indonesia di antaranya terlihat dari terus bertambahnya jumlah warga Polandia yang mengajukan beasiswa belajar di Indonesia.
Terlepas dari misi orang-orang Polandia belajar bahasa Indonesia karena merasa memiliki kesamaan warna bendera kenegaraan (merah dan putih)—meski dengan posisi berbeda—atau bukan, warga Indonesia mesti mengapresiasinya.
Terlepas dari misi orang-orang Polandia belajar bahasa Indonesia karena merasa memiliki kesamaan warna bendera kenegaraan (merah dan putih)—meski dengan posisi berbeda—atau bukan, warga Indonesia mesti mengapresiasinya.
Dalam urusan bahasa, Indonesia ternyata bukan negara kelas rendahan. Sebagai warga Indonesia, kita patut bangga bahwa bahasa Indonesia digemari oleh orang-orang Eropa. Fenomena ini seharusnya bisa melecut semangat nasionalisme dan kegairahan tiap pemilik bahasa Indonesia untuk senantiasa menjaga dan melestarikannya.
Akan tetapi, senyatanya tidak sedikit warga Indonesia yang kurang peduli dengan bahasa Indonesia. Banyak pejabat di tingkat kelurahan hingga negara tidak cakap berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Andai diterapkan uji kemampuan berbahasa Indonesia bagi pejabat pemerintahan, tentu banyak yang tidak lulus. Coba kita perhatikan bagaimana penggunaan kata, kalimat, bahasa para pejabat ketika berpidato ataupun urusan surat-menyurat. Apakah mereka mampu menerapkan bahasa Indonesia yang baik dan benar? Di ranah bisnis, berseliweran iklan-iklan yang tak baku. Nama-nama usaha dagang, merek dagang yang tak ramah bahasa Indonesia. Bahkan, tidak sedikit penggunaan bahasa di dunia bisnis yang cenderung merusak bahasa Indonesia. Di level akademik, tidak sedikit pelajar, mahasiswa, bahkan dosen yang kurang pandai berbahasa Indonesia sesuai kaidah saat kegiatan-kegiatan formal.
Meminjam slogan Bulan Bahasa dan Sastra 2010, Bahasa Jiwa Bangsa. Sudah sewajarnya pemangku kepentingan—praktisi bahasa, ahli bahasa, pencinta bahasa Indonesia—semakin menguatkan tekad, usaha, dan langkah aplikatif menjadikan bahasa Indonesia sebagai "tuan rumah" di negerinya sendiri. Banyak cara yang bisa dilakukan, di antaranya meningkatkan intensitas sosialisasi berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Hal tersebut dilakukan dengan berbagai cara yang inovatif dan mengikuti perkembangan zaman. Program Bulan Bahasa dan Sastra 2010, contohnya. Dengan mengadakan berbagai lomba bahasa dan sastra, tentu memberikan kontribusi yang tidak kecil bagi pengembangan dan pelestarian bahasa dan sastra. Apalagi beragam sarana diterapkan dalam kompetisi ini, tidak melulu melalui teks, misalnya lomba blog. Boleh jadi di tahun-tahun mendatang kompetisi sebagai pemicu kecintaan bahasa dan sastra semakin "asyik" dengan lomba demo pentas drama, baca puisi, baca cerpen, pidato berbasis internet, misalnya. Di lingkungan akademik, guru dan dosen senantiasa dituntut memformulasi cara pengajaran agar peserta didik suka dan betah hingga akhirnya cinta dengan bahasa dan sastra. Sangat banyak trik yang bisa dilakukan dan tentu tidak sedikit guru, dosen yang sudah cakap mengajarkan bahasa dan sastra secara interaktif dan elegan. Taruhlah misalnya peserta didik diajak piknik ke pasar klitikan, terminal, stasiun kota, kebun belakang sekolah. Setelah itu, mereka diminta menuangkan amatan ke dalam bait puisi, alinea-alinea cerpen, hingga naskah drama. Bisa juga pendidik menggunakan fasilitas internet untuk berinteraksi dengan peserta didik. Misalnya, pemberian pekerjaan rumah melalui surat elektronik (surel), pengerjaan tugas melalu laman berbasis blog. Di bidang media, media massa elektronik dan cetak sebagai pilar utama lainnya penebar sosialisasi bahasa dan sastra harus mafhum dan sadar untuk menggunakan bahasa Indonesia secara efektif, komunikatif, tanpa melalaikan penggunaan bahasa Indonesia secara baku. Di level sastra, ada baiknya cerita-cerita pendek dan cerita bersambung ataupun puisi juga ramah kepada pembaca usia sekolah menengah. Tidak sedikit cerpen di media cetak yang mengangkat tema yang bersinggungan dengan darah, kekerasan, amoral. Ini tentu sangat tidak etis dibaca oleh kalangan pelajar sekolah menengah. Akhirnya, marilah kita bersama mencintai Indonesia melalui penebaran virus-virus cinta bahasa dan sastra.
Profil Polandia
Nama Negara: Republik Polandia.
Ibukota: Warsawa.
Lambang Negara: Burung Garuda dengan Mahkota.
Bentuk Negara: Republik.
Luas Wilayah: 312.685 km2 (1,4% dari luas wilayah Eropa).
Letak Geografis: Eropa Tengah, dengan perbatasan:
Timur: Ukraina, Belarus, Lithuania dan Rusia;
Selatan: Ceko dan Slovakia;
Barat: Jerman;
Utara: Laut Baltik.
Timur: Ukraina, Belarus, Lithuania dan Rusia;
Selatan: Ceko dan Slovakia;
Barat: Jerman;
Utara: Laut Baltik.
Iklim: Suhu rata-rata – 8 derajat C (musim dingin) dan +25 derajat C (musim panas).
Hari Nasional: 3 Mei (Hari Konstitusi) dan 11 Nopember (Hari Kemerdekaan).
Bahasa Nasional: Polandia, termasuk rumpun Slav yang terbagi dalam:
Slav Barat: Polandia, Ceko, Slovakia
Slav Timur: Rusia, Ukraina, Belarus
Slav Selatan: Bulgaria, Macedonia, Slovenia, Serbia-Kroasia.
Slav Barat: Polandia, Ceko, Slovakia
Slav Timur: Rusia, Ukraina, Belarus
Slav Selatan: Bulgaria, Macedonia, Slovenia, Serbia-Kroasia.
Lagu Kebangsaan: Jeszcze Polska Nie Zginela (Polandia Masih Bertahan).
Jumlah Penduduk: 38,136 juta (2008), dengan pertumbuhan 0,09% per 1 ribu orang
Komposisi etnik: Polandia (97%), Belarus dan Ukraina (1,5%), Jerman (1,3%), Rumania, Lithuania, Rusia, Ceko, Slovakia (0,2%), Tartar (0,013 %).
Agama: Katolik Roma 89.8% (±75% yang mempraktekan), Ortodoks Timur 1.3%, Protestan 0.3%, lainya 0.3% termasuk Islam (± 5.000 orang keturunan Tartar).
Mata Uang: Zloty (Zł atau PLN), 1 zloty = 100 groszy.
Kurs tengah NBP (National Bank of Poland) Nopember 2009
US$ 1 = ± 2,7400 zloty
Euro €1= ± 4,1008 zloty
US$ 1 = ± 2,7400 zloty
Euro €1= ± 4,1008 zloty
Sumber Daya Alam : Batu bara (26,9%), Batu kapur (48%); Tembaga (14,3%); Semen (6,2%); produksi gula (7,9%); Belerang (15,2%); Batu bara muda (10,4%)
Sumber profil: www.deplu.go.id
Sumber ilustrasi: http://winmit.blogdetik.com, wikipedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar