21 September 2010

Jakarta Tenggelam pada 2030?

Berita utama Media Indonesia edisi Minggu, 19 September 2010, mengangkat tema klasik, yaitu persoalan Jakarta. Harian itu menulis judul singkat namun begitu bombastis: ”2030 Jakarta Tenggelam”.
Tampilan berita cukup menarik dengan dihiasi foto suasana lalu lintas dan gedung-gedung pencakar langit Jakarta dari sudut atas. Ada juga tabel pendamping yang berisi Laju Penurunan Muka Tanah di Jakarta, Kondisi Air di Jakarta, Faktor Penyebab Penurunan Muka Tanah, dan Wilayah yang Mengalami Penurunan Muka Tanah.


Dalam rubrik analisis ini, saya pengin sedikit berbagi ilmu analisis kesalahan berbahasa. Kapasitas penulis sebagai pekerja bahasa sangat terbatas, saran dan masukan pengunjung blog ini tentu sangat berperan dalam memasyarakatkan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, khususnya di media cetak.
Di berita utama harian yang memiliki semboyan Jujur Bersuara ini, saya setidaknya menemukan dua kerancuan sebagai berikut.

Kerancuan pertama terletak di teras berita:


Amblesnya ruas Jalan RE Martadinata, Ancol, Jakarta Utara, sepanjang 103 meter pada Kamis (16/9) menunjukkan Ibu Kota benar-benar rawan. Kalangan ahli risau Jakarta bakal tenggelam jika tidak ada usaha mencegahnya.



Kalimat pertama di alenia awal tersebut mudah dipahami. Kerancuan muncul ketika membaca kalimat kedua, yaitu penempatan kata mencegahnya di akhir kalimat. Padahal, ia merupakan verba transitif. Tentu persoalan tidak selesai begitu saja dengan menempatkan akhiran -nya. Seharusnya kata tersebut diubah menjadi nomina karena ia berperan sebagai objek. Saran kalimat yang benar adalah sebagai berikut.

Amblesnya ruas Jalan RE Martadinata, Ancol, Jakarta Utara, sepanjang 103 meter pada Kamis (16/9) menunjukkan Ibu Kota benar-benar rawan. Kalangan ahli risau Jakarta bakal tenggelam jika tidak ada usaha pencegahan.

Kerancuan kedua terletak di paragraf keenam:


 Meski Jakarta Utara paling rawan, tidak berarti kawasan lain aman.

Kalimat majemuk tersebut tidak efektif karena tidak jelas posisi subjek. Induk kalimat tersebut mestinya berada pada klausa tidak berarti kawasan lain aman. Akan tetapi, posisi subjek klausa tersebut tidak tepat. Saran kalimat yang benar adalah sebagai berikut.

Meski Jakarta Utara paling rawan, kawasan lain tidak berarti aman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar