15 September 2010

Tanda-Tanda Kenabian


Ada banyak tanda-tanda ketika Nabi Muhammad SAW sedang tumbuh  memasuki masa dewasa. Beliau adalah seorang manusia luar biasa. Beliau terkenal diantara kaum Quraisy sebagai orang yang dapat dipercaya dan baik hati. Beliau seorang yang fasih bicaranya dan adil layaknya hakim. Tetapi ada sesuatu yang lebih spesial, mengenai beliau yang disaksikan oleh banyak  makhluk di sekelilingnya.
Ketika Aminah, ibunda Nabi, sedang mengandung manusia istimewa itu, dia menyadari adanya cahaya yang menyertainya, memancar dari perutnya dengan hebat. Dia dapat melihat cahaya itu menjauh.
Sebelum bayinya lahir Aminah pernah bermimpi yang mana dia diberitahu bahwa anaknya akan menjadi pemimpin manusia dan dia sebaiknya memberi putranya nama ‘Muhammad’, yang artinya ‘orang yang terpuji’. Walaupun itu adalah nama yang tidak biasa di masa itu, Aminah memberi nama putranya Muhammad ketika bayi itu lahir pada tahun 570 M.
Maka Aminah tidak terkejut ketika Halimah, pengasuh anaknya, berkata pada ibunda nabi mengenai sesuatu yang asing terjadi ketika Halimah mengasuh Muhammad kecil.
Muhammad dan putra Halimah pernah pergi ke ladang menggembalakan biri-biri. Ketika dua orang lelaki berpakaian putih membawa Muhammad agak jauh, membaringkan Muhammad di tanah, dan membedah dadanya.
Putra Halimah dengan cepat berlari ke rumah untuk mengatakan pada orang tuanya apa yang terjadi. Apa yang sedang dilakukan kedua pria asing itu? Ketika Halimah dan suaminya berlari ke luar, mereka menemukan Muhammad sangat pucat tapi sedang berdiri.
Orang tua asuhnya tidak melihat jejak kedua lelaki, dan tidak ditemukan tanda luka atau jahitan pada diri Muhammad muda. Mereka hanya menemukan tanda kecil di punggung di antara pundak Muhammad. Namun, tanda itu sudah ada sejak Nabi lahir.
Selanjutnya dalam kehidupan Nabi Muhammad yang menggambarkan apa yang terjadi pada hari itu lebih jelas. Beliau berkata bahwa dua lelaki dengan pakaian putih itu membawa baskom emas berisi air salju. Keduanya membuka dadanya dan membersihkan hatinya. Keduanya juga membedah hati Muhammad dan menghilangkan gumpalan hitam. Kemudian mereka membersihakn dan menyucikan hati Muhammad dengan salju.
Ketika Muhammad berusia enam tahun ibunya meninggal. Muhammad kemudian diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib, yang juga meninggal dua tahun kemudian. Setelah kakeknya meninggal, Muhammad diasuh pamannya Abu Thalib. Kadang-kadang Abu Thalib membawa Muhammad dalam perjalanan berdangan. Seperti dalam sebuah perjalanan ke Syria mereka berhenti di Bostra.
Di Bostra tinggal seorang biarawan Nasrani bernama Bahira. Dia tinggal di sana sendirian, mempelajari buku-buku tua dan manuskrip yang dia dapat dari generasi biarawan sebelumnya yang tinggal di sana sebelum Bahira. Mereka semua mengetahui dari Kitab injil, ada sebuah prediksi bahwa akan datang seorang nabi dari bangsa Arab. Bahira percaya bahwa nabi itu akan datang di masa kehidupannya.
Ketika karavan dari Makah datang untuk berhenti dekat kediaman biarawan, Bahira memperhatikan sesuatu yang sangat asing. Awan kecil tampak bergerak lambat di ataas kepala sepasang musafir, menaunig mereka dari panasnya matahari.
Sewaktu sekelompok musafir berteduh di bawah pohon, awan berhenti di atas mereka, dan batang-batang pohon itu sendiri merendah di atas mereka agar lebih teduh.
Bahira ingin tahu lebih banyak, maka disiapkan makan malam bagi semua karavan. Ada seorang yang tidak biasa telah menyebabkan Bahira bersaksi. Barangkali  nabi itu ada di karavan.
Tamu-tamu tiba untuk jamuan makan malam, Bahira tidak melihat keanehan pada mereka, maka dia bertanya siapa saja yang datang. Cukup meyakinkan, anggota termuda karavan, Muhammad, ditinggal di kemah.
Biarawan itu minta agar Muhammad diajak. Bahira melihat anak muda itu dengan teliti dan mencatat perilakunya. Sesaat kemudian, Bahira menemui Abu Thalib dan kemenakannya. Dia berkata, “Inilah Nabi terakhir.”
Ketika Abu Thalib bertanya bagaimana biarawan itu tahu, Bahira menjawab. “Tanda dari nabi terakhir tertulis dalam Kitab, dan awan hanya memilih menaungi Nabi terakhir. Ketika kalian sedang berjalan mendekat kemari, aku melihat awan memayungi karavanmu, dan aku sudah tidak heran bahwa Nabi terakhir yang ditunjukkan dalam Kitab Suci bersama denganmu. Untuk alasan itu aku mengundang kalian, agar supaya aku dapat bertemu dengannya.”
Bahira bertanya pada anak istimewa itu dengan banyak pertanyaan, semuanya jawabannya memuaskan. Akhirnya biarawan bertanya agar dia melihat punggung Muhammad. Bahira berharap dapat melihat tanda itu, seperti yang telah tertulis dalam Al Kitab.
Bahira menasehati Abu Thalib untuk membawa pulang kemenakannya ke Makah. Biarawan itu memperingatkan untuk menjauhkan anak laki-laki itu dari orang-orang Yahudi, jika mereka melihat Muhammad seperti Bahira melihatnya, mereka akan mencoba untuk melukainya.  Dia memperkirakan sesuatu yang istimewa dari kemnakan Abu Thalib. Diantara pundak Muhammad, Bahira melihat tanda kenabian.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar