16 September 2010

Jalan RE Martadinata Lenyap?


  Stasiun swasta nasional berbasis berita, yaitu Metro TV dan TV One, membuat sensasi mencengangkan. Saat menyaksikan sebuah berita, pemirsa dibuat kaget dan terheran-heran. Hah, Jalan RE Martadinata hilang? Ada apa gerangan yang terjadi?
    
   Sebagaimana dilansir semua media massa cetak dan elektronik, Jalan RE Martadinata rusak. Ia ambrol. Jalan menuju arah Pelabuhan Tanjung Priok tersebut rusak sedalam 7 meter dengan panjang 103 meter pada Kamis, 16 September 2010, pukul 03.15. Akibat tragedi itu, negara dirugikan Rp 2,83 miliar (wow... angka yang fantastis).
   Apakah penyebab kerusakan itu, siapakah pemangku kepentingan yang bertanggung jawab, bagaimana reaksi masyarakat... Stop. Artikel ini tidak akan mengulas lebih lanjut mengenai Jalan RE Martadinata karena laman ini semata didedikasikan sebatas perspektif bahasa saja (ups, di samping juga penulis tidak memiliki kemampuan tentang ilmu geologi atau pertanahan, hehehe). 
   Baiklah kita kembali ke Metro TV dan TV One yang telah mencengangkan pemirsa. Usut punya usut, penyebabnya ternyata dari sang pembaca berita. Sepasang pembaca berita TV One dalam siaran Kabar Petang menyatakan bahwa Jalan RE Martadinata amblas. Begitu juga di acara Breaking News (berita sela) Metro TV pada pukul 20.00, mbak pembaca berita juga mewartakan Jalan RE Martadinata amblas. Hal itu diamini oleh teks berjalan (running text) yang menuliskan Jalan RE Martadinata amblas sejauh 103 meter. Ketika diadu dengan stasiun televisi lainnya, eh, ternyata sama saja. Hampir semua stasiun televisi memakai diksi amblas.
   Apakah benar-benar jalan tersebut lenyap? Hebat benar sang pencuri. Pasti dia keturunan Superboy atau minta bantuan kantong ajaib Doraemon. Kalau Si Pitung, ia pasti tidak akan tega mencuri aset negerinya sendiri. Pertanyaannya, kantong, tas sebesar apa ya yang digunakan pencuri untuk mengambil ruas jalan sepanjang ratusan meter tersebut.
   Baiklah, di mana sebenarnya letak kekacauan ini?
   Kita tengok sejenak sang buku pintar, Kamus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa halaman 50. Disuratkan:

Lema amblas artinya hilang; lenyap; tidak muncul-muncul lagi.
Contoh kalimat=
- Sinta bingung dan pusing tujuh keliling karena telepon genggamnya yang berisi ratusan foto dan video amblas saat membaca buku di taman kota.
- Pascaterkuaknya kasus plagiasi, penulis artikel produktif itu amblas.

Nah, bila mengacu keterangan kamus yang tebal itu, pemilihan diksi yang dilakukan mbak dan mas pembaca berita di televisi-televisi tadi mengisyaratkan bahwa Jalan RE Martadinata hilang, lenyap. Artinya, ia berarti dicuri orang, atau jangan-jangan diambil Bandung Bondowoso untuk menambah material candi pesanan Roro Jonggrang ya. :)
   Sekarang kita menjadi detektif. Kita urai kesalahan berbahasa tadi. Artinya, ada kesalahan pemilihan diksi amblas. Sekarang kita adu dengan diksi tetangga sebelah, yaitu ambles.
   Menurut KBBI, di halaman 50 juga, lema ambles artinya turun (ke dalam tanah); tenggelam.
Contoh kalimat:
Jalan penghubung Desa Morfologi dan Desa Sintaksis ambles pascahujan semalam.
   Nah... ini dia biang keroknya. Ternyata pemilihan diksi di siaran berita beberapa televisi tersebut tidak tepat. Kata amblas  seharusnya ambles. Jadi, kalimat yang tepat seharusnya Jalan RE Martadinata ambles.
   Akhirnya, marilah kita kembali mengingatkan kepada para pemangku kepentingan, khususnya pekerja media—sebagai pilar utama penyosialisasi pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar—untuk selalu menggunakan bahasa Indonesia secara elegan dan taat kaidah.
   Meminjam slogan Bulan Bahasa dan Sastra 2010, Peningkatan mutu berbahasa Indonesia  merupakan sarana pencerdasan kehidupan bangsa, seyogianya kita memiliki kepedulian meningkatkan mutu berbahasa Indonesia dengan selalu belajar dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
   Pembaca berita di televisi dan radio merupakan figur ideal bagi pembelajar bahasa Indonesia, khususnya pengambil mata pelajaran/mata kuliah berkaitan dengan keterampilan membaca teknik dan membaca indah.  Di sisi lain, meskipun bersifat audio dan cepat saji sehingga tidak ada bukti teks, televisi ataupun radio memiliki jutaan pemirsa. Karena itu, bahasa Indonesia akan sangat bangga dan terharu apabila pemangku kepentingan televisi dan radio selalu mengedepankan berbahasa Indonesia dengan baik dan cerdas.   
Jalan RE Martadinata jadi tontonon warga. Sumber: kompas.com
    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar