08 November 2010

 Kenapa dan Bagaimana Rubah Hadir di Belantika Bahasa Indonesia?


Sobat,

Tidak sedikit bahasawan yang menghadirkan "satwa" ketika berbahasa, baik secara lisan ataupun tulisan. Tak terbilang jumlah pemunculannya, parahnya banyak pula dijumpai di lembar-lembar ilmiah. Mestikah destinasi bahasa yang kudu formal dibayang-bayangi selalu oleh si "fauna" tersebut?
Sumber:
unik.supericsun.com
 Dialah rubah. Sedikit saya segarkan ingatan dan pemahaman Anda perihal binatang ini. Rubah ialah karnivora kecil. Ada sejumlah 27 spesies rubah. Mereka termasuk hewan omnivora dan anggota terkecil famili Canidae (mamalia yang berhubungan dengan anjing). Mereka pelari ulung: cepat dan tangkas. Rubah bisa ditemui di semua benua, hidup di hutan, semak-semak dan padang pasir. Makanan rubah kebanyakan adalah tikus, vole, kelinci, telur burung, serangga besar dan daging bangkai anjing.
 Kenapa dan dengan cara apa rubah hadir di belantika bahasa Indonesia? Usut milik usut ternyata ada kekeliruan yang latah, kesalahan berbahasa yang nyaris jadi mafhum, yaitu pemakaian kata berimbuhan ubah. 
Tidak sedikit media massa, dalam jaringan ataupun media cetak, memakai istilah itu. Baiklah kita minta tolong paman Google untuk membuktikannya. 
 Sang paman melaporkan, setidaknya terdapat sejumlah 3.740.000 kata merubah. Wow jumlah yang sungguh fantastik.
Sobat, kita sepakat bahwa kata dasar ubah ketika mendapat imbuhan me- maka terjadilah  nasal (ng), menjadi mengubah, bukan merubah.

Yuk, kita perhatikan contoh kalimat berikut.
A. Parman yakin, ia bisa mengubah penampilan dan perilaku Parmin.
B. Parman yakin, ia bisa merubah penampilan dan perilaku Parmin.

Kalimat pada item A pasti membuat ibu/bapak guru senyum sumringah karena peserta didiknya mahir berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Sayang, pada item B menghadirkan suasana horor, absurd, dan gelitik, klenik karena Si Parman memiliki ilmu mengubah wajah, ia merubah, berubah menjadi rubah dan siap-siap menerkam Parmin yang lagi mendendangkan lagu Gang Kelinci-nya Eyang Titiek Puspa.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar