15 September 2010

Tiga Pertanyaan


Ada seorang pemuda yang pergi ke suatu tempat di seberang lautan untuk berajar. Dia pergi dalam waktu yang cukup lama. Ketika kembali ke tempat asalnya, dia bertanya pada orang tuanya untuk mencarikannya seorang agamawan atau orang pandai lainnya yang dapat menjawab tiga pertanyaan si pemuda.
Akhirnya, orang tua si pemuda dapat menemukan seorang agamawan Muslim. Keduanya, si pemuda dan agamawan, bertemu. “Orang tuamu bilang kau ingin bertemu dengan seorang agamawan yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaanmu.” Kata si agamawan.
 “Kau siapa? Apa kau benar dapat menjawab ketiga pertanyaanku?” Tanya si pemuda.
“Aku seorang hamba Allah SWT dan insya Allah aku dapat menjawab pertanyaan-pertanyaanmu.” Jawab si agamawan.
 “Apa kau yakin? Bahkan banyak profesor dan orang pandai yang tidak dapat menjawab pertanyaanku.” Si pemuda sangsi.
“Aku akan berusaha, dengan pertolongan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.” Sahut si agamawan merendah.
 “Baiklah. Pertanyaanku ada tiga. Pertama, apakah Tuhan ada? Jika benar, tunjukan padaku wujud-Nya? Yang kedua, Apakah takdir itu? Ketiga, Jika setan diciptakan dari api, mengapa setan akan dilemparkan ke neraka di hari akhir nanti, sedangkan neraka juga terbuat dari api. Tentu saja itu tidak akan menyakiti setan, kan? Apa Tuhan tidak berpikir sejauh itu?” Ujar si pemuda kemudian.
Tiba-tiba, agamawan menampar wajah pemuda dengan keras!
Si pemuda, yang terkejut dan terluka oleh tamparan itu menjadi bingung. “Hei! Kenapa kau malah marah padaku?” Tanyanya.
“Aku tidak marah.”Jawab agamawan Muslim. “Tamparanku adalah jawaban dari tiga pertanyaanmu.”
 “Aku sungguh tak mengerti.” Si pemuda berkata dan bertambah bingung. Dia memegang pipinya yang kesakitan.
Si agamawan pun mulai menjelaskan maknanya. “Bagaimana rasanya setalah aku menamparmu?”
“Tentu saja sangat sakit.” Jawabnya.
“Jadi, apa kau percaya bahwa sakit itu ada?”  Tanya si agamawan.
“Ya.” Sahut si pemuda mantap.
 “Sekarang tunjukkan padaku bentuk rasa sakit.” Agamawan itu balik bertanya.
“Aku tidak bisa.” Si pemuda menjawab dengan lesu.
“Itu adalah jawaban pertanyaan pertamamu. Kita semua dapat merasakan keberadaan Tuhan tanpa dapat melihat. Kemarin malam, apakah kau bermimpi akan ditampar olehku?”
 “Tidak.”
“Apa kau pernah berpikir akan mendapat tamparan dari aku hari ini?” Si agamawan bertanya lagi.
“Tidak.” Jawab si pemuda.
“Itulah takdir. Kau tidak pernah memikirkan atau mengharapkan, tetapi Allah telah menentukannya.” Lanjut si agamawan. “Tanganku yang aku gunakan untuk menamparmu terbuat dari apa?”
 “Itu terbuat dari daging.” Jawab si pemuda.
“Sedangkan wajahmu terbuat dari apa?” Si agamawan bertanya lagi.
“Sama saja, dari daging.” Pemuda itu semakin heran dengan pertanyaan balik yang membuatnya bingung.
“Bagaimana rasanya setelah aku menamparmu?”
“Sangat sakit!”
 “Walaupun setan dan neraka terbuat dari api, Jika Allah menginginkan, insya Allah neraka bisa jadi tempat yang sangat menyakitkan untuk setan.” Si agamawan Muslim itu menghakhiri penjelasannya.
Agamawan yang bijaksana itu telah menjawab tiga pertanyaan dengan sebuah tamparan pada si pemuda. Akhirnya si pemuda tadi mengakui kebenaran jawaban orang Muslim tadi.

1 komentar: