29 September 2010

Surat Pembaca Kompas 
dan Istilah Tak Lazim



Penulis dan pengunjung blog yang saya cintai, di tengah kondisi bangsa yang teruji kembali atas beberapa peristiwa tawur antarwarga di Tarakan, Kalimantan Kalimantan Timur; Jalan Ampera Raya, Jakarta Selatan; terorisme di Sumatera Utara, saya kembali melansir soal kebahasaan di media massa.

Kebetulan, di hari yang sama dengan bentrok warga di Kaltim dan Jaksel tersebut, harian Kompas memuat surat pembaca bertajuk "Istilah Tak Lazim". Gugatan yang dilayangkan seorang warga asal Kelapa Gading, Jakarta, itu meyayangkan tingkah penulis berita yang "ringan tangan" menyingkat nama geografis, nama orang/pahlawan. Dampak negatif penyingkatan tersebut menyebabkan ketakpahaman generasi masa kini. Tak sedikit orang muda mengerti bahwa Jalan Otista merupakan singkatan Otto Iskandardinata (saya juga baru tahu sekarang... hehe).


Sebenarnya masih banyak penyingkatan istilah yang lebih parah ketimbang istilah geografis. Pemendekan tersebut berserakan di media cetak ataupun laman via internet, baik media lokal hingga nasional. Toh, ada juga media nasional yang menjaga diri menghindari penyingkatan yang tak galib. Itu pun hanya satu-dua media.

Baiklah, saya inventarisasi, ya sobat, istilah-istilah tak lazim yang saya temukan di beberapa media berita.

minah, penyingkatan untuk minyak tanah
migor, penyingkatan untuk minyak goreng
senpi, penyingkatan untuk senjata api
miras, penyingkatan untuk minuman keras
honda, penyingkatan untuk honorer daerah
pilkadal, penyingkatan untuk pemilihan kepala daerah
balon, penyingkatan untuk bakal calon
calhaj, penyingkatan untuk calon haji
maba, penyingkatan untuk mahasiswa baru
pekat, penyingkatan untuk penyakit masyarakat
curanmor, penyingkatan untuk pencurian kendaraan bermotor
curat, penyingkatan untuk pencurian dengan kekerasan


Pendapat saya, alangkah baiknya penulis berita dan sang redaktur menghindari penyingkatan istilah yang tak lazim. Berikan pembaca keasyikan dan kemudahan dalam memahami berita tanpa terganggu oleh istilah yang aneh. Argumentasi ruang koran yang terbatas semestinya bisa disiasati dengan pemilihan kalimat judul berita yang lain dan penggunaan kalimat efektif di tubuh berita.

Nah, deretan istilah berikut (mungkin) sudah berterima di kalangan pembaca ya:

gapoktan - gabungan kelompok tani
rutan - rumah tanahan
raskin - beras untuk rakya miskin

Oke, sobat.... Kalau ada tambahan istilah tak lazim, silakan memberikan masukan. Saya juga akan melakukan pemutakhiran inventarisasi istilah tak lazim.








2 komentar: