Aku Ingin "Sapardi Joko Damono"
Dibuai Reda di Bantul
Malam yang sempurna.
Sebuah anugerah yang tak terkira tatkala sukma, rasa terbuai oleh lirik-lirik liris langsung dari empunya suara. Serasa raga ditilepkan merasuk masyuk ke dunianya Sapardi. Dunia kata tanpa ruang, dunia masa tanpa detak jam. Dunia yang menghantarkan setiap ruh lelap dalam damai tanpa watas.
Sobat aktivis blog...
Begitulah kira-kira ekspresi jiwaku setelah terjebak dalam sebuah perjamuan seni ala Ngayogyakarta Hadiningrat. Sabtu yang hepi :). Bahagia yang pertama, akhirnya saya punya waktu buat nonton film Sang Pencerah. Padahal, sudah hampir sebulan tayang di bioskop-bioskop (maklum sok sibuk:) ). Ehm, bintang tigalah skor buat film itu. Tak lebih karena saya demen tiap lihat akting Lukman Sardi, Agus Kuncoro, sama Simbah Idrus Madani. Tetap aku acung dua jempol buat Mas Hanung yang mampu menghadirkan Jogja era 1800-an. Sebuah karya besar yang tentu akan selalu dikenang dan sebagai tontonan yang tuntunan wajib bagi anggota Muhammadiyah. Bahagia yang kedua, akhirnya saya bisa langsung menyaksikan aksi memukau Mbak Reda dengan lantunan emas syair-syair Sapardi Djoko Damono. Yah, maklum, selama ini saya hanya berpuas diri mendengarkan musikalisasi puisinya lewat MP3 atau Youtube.
Mbak Reda malam itu tampil memukau di Temby Rumah Budaya. Alamat tepatnya di Jalan Parangtritis Km 8,3. Tetapi, persisnya kita harus belok ke arah timur (kiri apabila start dari Kota Yogyakarta) dulu kira-kira 500 meter. Ia tampil diiringi oleh maestro gitar Jubing Kristianto.
Meskipun sudah sepuh, Mbak Reda Gaudiamo mampu mempertahankan suara emas dan tampil dengan ekspresi sempurna. Puisi Aku Ingin dan Gadis Kecil dilagukan dengan sangat memukau. Lagu pertama Ambilkan Bulan Bu langsung membuat penonton tersihir sehingga memberikan tepuk tangan meriah dan berpanjang-panjang.
Sekadar mengingatkan, Mbak Reda dan Mbak Tatyana merupakan dua ibu rumah tangga yang pekerja biasa. Mereka suka puisi dan menyanyi. Keduanya terlibat dalam beberapa kegiatan/produksi musikalisasi puisi. Di antaranya, Musikalisasi Puisi Pekan Apresiasi Sastra Depdikbud (1987) dan Bulan Apresiasi Sastra Depdikbud (1988).Nah, mereka sukses membuat album musikalisasi puisi Sapardi Djoko Damono, yaitu Hujan Bulan Juni pada tahun 1990 dan Hujan dalam Komposisi di tahun 1996.
Itulah sebentuk usaha mereka memperkenalkan dunia sastra kepada masyarakat luas dalam bentuk musikalisasi puisi. Semoga saja terlahir lagi sosok-sosok yang mampu memusikkan lirik-lirik liris yang digemari oleh generasi zaman ini supaya mereka tidak melulu dicekoki oleh lagu-lagu bertema cinta semu dan hanya mengumbar mimpi siang bolong. Dengan demikian, anak muda Indonesia akan terkatarsis dan berwatak Indonesia banget, yang cinta damai cinta keberadaban.
Nah, penasaran atau kangen sama Gadis Kecil? Cekidot:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar