10 Oktober 2010


Ternyata Indonesia Bermula dari Puisi



   Puisi itu begitu hebat sampai negara Indonesia terbentuk lewat puisi. Sumpah Pemuda adalah puisi karena itu adalah imajinasi. Pada saat itu tidak ada Tanah Air Indonesia, tidak ada bangsa Indonesia, tidak ada bahasa Indonesia. Ini semuanya menunjukkan hebatnya kekuatan puisi.


   Pernyataan tersebut dilontarkan Sutardji Calzoum Bachri, presiden puisi Indonesia, yang saya kabarkan ulang dari berita harian Kompas, 10 Oktober 2010.
   Puisi Nusantara sudah ada jauh hari sebelum Indonesia lepas dari belenggu penjajah. Puisi tumbuh-berkembang dalam masyarakat, merepresentasikan keragaman budaya, agama, dan suara rakyat pada waktu itu. Puisi merupakan warisan budaya, merefleksikan kehidupan sosial masyarakat saat itu. 
   Dalam perbincangan rangkaian Ubud Writers and Readers Festival di Ubud Bali, 9 Oktober 2010, tersebut Sutardji berujar: Puisi akan selalu relevan. Selama masih ada semangat, puisi akan tetap relevan. Hidup akan selalu membutuhkan puisi karena masyarakat itu memiliki jiwa dan nilai-nilai. Terhadap anak muda, ada baiknya menggunakan pendekatan yang lebih pop. Terhadap mereka yang religius, lebih menyukai sesuatu yang mengarah pada sufisme.

Nah, buat sobat aktivis blog,
Yuk, kita gelorakan untuk senantiasa berkegiatan apresiasi puisi, entah itu mencipta puisi, membeli buku-buku puisi, dan membaca puisi-puisi yang terserak di koran-koran, di laman-laman, dan di berbagai media. Inilah salah satu kebanggaan dan kekayaan bangsa Indonesia. Dengan mencintai puisi, tentu jiwa dan rasa kita menjadi lebih halus dan pro-etis. Dengan itu, negeri ini akan selalu jadi bangsa yang berkarakter, adiluhung, berwajah Timur, dan jauh dari kesan garang dan amoral. Semoga.
  






Tidak ada komentar:

Posting Komentar