14 Oktober 2010


Romantika Korespondensi





Salah satu hal yang sulit dinikmati oleh anak zaman sekarang adalah korespondensi. Ya, kegiatan berkirim surat kepada handai tolan, kolega, baik di lain kota ataupun luar pulau. Keintiman terbentuk dari aktivitas menulis surat dengan tema tertentu sekadar dengan goresan tinta, lalu dimasukkan amplop dan tentu dilengkapi prangko, dan akhirnya mengandalkan jasa kotak pos dan pak pos.

Pranata massa yang sudah didominasi teknologi canggih mengakibatkan aktivitas korespondensi tergerus. Tidak perlu capek-capek menulis surat dengan tulisan tangan, seseorang tinggal memencet tombol tuts telepon genggam. Tak usah ribet-ribet memasukkan surat ke kotak pos terdekat maupun memakai jasa kantor pos, seseorang tinggal memencet tombol OK, sebuah pesan sudah terkirim ke seantero dunia dalam hitungan detik. 

Begitulah, benda-benda modern ala telgam, BlackBerry, laptop, Ipad telah menghegemoni dan tak memberikan kesempatan sama sekali bagi anak era sekarang untuk mengasah kemampuan menulis panjang dengan goresan tangan tanpa perantara teknologi.

Romantika ke masa lampau, boleh jadi generasi era kentongan, ketik manual, masih merasakan indah dan bahagianya berkirim surat dan ketika mendapatkan surat dari pacar, saudara, teman karib. Saya bahkan memiliki pengalaman manis tentang berkorespondensi. :)

Pada suatu tahun tepatnya 1994. Waktu itu saya masih kelas satu di sebuah sekolah menengah kejuruan negeri satu-satunya di kabupaten yang terletak di lerang Lawu. Nah, waktu itu anak sekolahan sudah menggunakan buku Lembar Kerja Siswa (LKS). Kebetulan, oleh guru, kami diminta berpartisipasi mengirimkan data diri berupa nama lengkap, kelas, asal sekolah, dan pas foto ukuran 4 x 6 untuk dikirimkan ke sebuah penerbitan yang memproduksi LKS. Nah, pihak penerbit memuat data diri saya di sampul belakang bagian dalam. Mungkin karena fotoku waktu itu kelihatan karismatik dan tampan (aslinya memang cakep :)), beberapa waktu kemudian, banyak surat dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Pulau Jawa, hingga pulau-pulau yang lebih pelosok. Mereka adalah siswa-siswi SLTA yang juga memiliki LKS yang sama dengan sekolahan saya. Mereka mengenal saya melalui data diri itu. Wah senang rasanya. Rata-rata mereka tertarik dengan foto saya yang ciamik, he-he-he narsis. Jumlah surat bahkan mencapai 50 tiap minggunya. Temanya beragam, ada yang sekadar pengin kenalan, ada yang menceritakan keunikan wilayahnya, ada yang ingin berbagi tentang sepak bola, ada yang pengin kopi darat. Akhirnya, kami memiliki jaringan dan berkorespondensi secara teratur. 

Itulah kekuatan korespondensi. Kita bisa mengasah kemampuan mengungkapkan perasaan, pikiran, ide; mengasah kemahiran menulis langsung dengan bolpoin; dan tentu  menambah pertemanan dan makin meningkatkan wawasan, ilmu.

Sobat,
Beberapa hal yang pengin saya sampaikan terkait dengan tema ini di antaranya:
- Bagi pendidik
Ada baiknya bapak dan ibu guru menugasi peserta didiknya melakukan kegiatan korespondensi, entah itu sebatas membuat surat izin, hingga ke tugas yang lebih berbobot misalnya berkirim surat ke kolega di luar wilayah/pulau. Tentu saja mereka yang berhasil berkirim-kiriman akan mendapat nilai bagus. Kegiatan ini akan memberikan banyak manfaat bagi siswa dalam mengaktualisasikan kegiatan menulis, alih-alih memberikan warna lain siswa-siswi yang saat ini terbiasa beriteraksi, berkomunikasi tulisan dengan relasi hanya melalui SMS. Itu pun didominasi bahasa "alay", bahasa prokem, dan tidak mencerminkan kegiatan berbahasa yang baik dan elegan.
-Bagi penerbit buku
Ada baiknya mengisi ruang kosong sampul belakang dengan rubrik data diri siswa-siswi. Hal ini untuk memancing kemauan peserta didik berkorespondensi. Sebatas amatan saya, LKS-LKS era sekarang jarang yang mencantumkan beberapa data siswa.
- Bagi sobat-sobat muda, bahkan yang sudah lepas muda:)
Ada yang belum pernah merasakan berkirim surat? Coba saja, deh, dijamin ketagihan. Tidak mahal, kok, total biayanya.

Akhirnya, marilah kita tebarkan "virus" korespondensi buat generasi "alay", "prokem" supaya kemahiran mereka mengaktualisasi pikiran, ide, gagasan makin terbentuk dan tentu berjalan di rel yang lurus. Semoga.

Sumber ilustrasi: picasaweb.google.com


8 komentar:

  1. Sayang, anak sekarang makin jauh dari dunia tulis-menulis. cukup berkirim surat via e-mail, orang bisa saling berkirim khabar. Segar dan aktual pula saran buat semua orang untuk mencoba berkirim berita dengan surat. kita makin punya banyak kseempatan menulis tangan.

    BalasHapus
  2. salut banget, mas didik, dengan blognya. blog yang khusus membahas soal bahasa dan sastra masih tergolong sedikit loh! tetap semangat dan salam kreatif!

    BalasHapus
  3. Pak Sawali, terima kasih atas motivasinya. Saya juga belajar banyak, dan sering-sering, mengintip blog Bapak :). Salam sukses sejahtera selalu buat Bapak. Dan tidak lupa, petuah, nasihat, kritik selalu saya tunggu lho Pak he-he-he.

    BalasHapus
  4. Saya ingin juga punya pengalaman bersurat dengan orang lain, apalagi lain jenis. tapi seringnya susah memulai dari mana. kalo menurut ajaran guruku seh untuk surat pribadi utarakan aja sesuka hati. tidak harus dengan bahasa yang formal. contoh gampangnya mengabari teman tentang hewan piaraan kita, ato cerita2 tentang sebuah film yang habus ditonton. tidak harus kaku dengan hormat saya, dengan hormat. yang penting pesannya dapat...

    BalasHapus
  5. Memang,, kini kotak pos tinggal jadi kenangan. tuh di daerahku banyak kotak pos berubah fungsi jadi tempat tempel poster. sangat disayangkan

    BalasHapus
  6. wah seru amat temanya. aku seh dag berkali kali kirim surat lewat pak pos. seringnya surat lamaran kerja hahaha. asyik juga ya kalo kirim2an surat dengan keluarga jauh pake jasa pos

    BalasHapus
  7. Dike, Bos Ksatria, yah kita sebagai generasi dulu dan sekarang mesti selalu menjaga tradisi yang baik agar terus lestari.

    BalasHapus
  8. saya masih kirim surat kayak gitu . yg pke prangko punya. tpi krim ke luar negeri . lama sampe . dan klw udh nyampe ke tangan puas bgt rasanya
    di tanyain sama tmn2 kok msih pke begituan wkwkw .

    BalasHapus