28 November 2010

Tak Mengindahkan Acuh

Sob....
Salah satu kesalahan berbahasa yang masih kerap tersiar adalah pemakaian kosakata acuh. Dari kacamata bahasawan awam, acuh acap-acap dimaknai sebagai tak peduli, tidak mau tahu. Boleh jadi pemahanan yang keliru atawa  abai tersebut disumbang oleh beberapa media massa arus utama. Masih iya saja media-media warta  menyuguhkan menu acuh secara salah rasa.

Cuplikan tulisan berikut sekadar pembukti hipotesis tersebut.
Tulisan 1
Tutupi Wajah dengan Rambut, Luna Maya Acuh

Sabtu, 13 November 2010 - 07:11 wib
JAKARTA - Luna Maya tak mengindahkan pewarta yang menghampiri dirinya, seusai menonton pemutaran 'LA Indie Movie'.

Setelah kasus video porno dengan Ariel ‘Peterpan’ mendunia, artis asal Bali mendadak tenggelam dari hiruk pikuk dunia entertainment. Namun demikian, kehadirannya di Mabes Polri merupakan agenda yang selalu ditunggu oleh pemburu berita.

Disinggung mengenai keterlibatannya di Natalie’s Instinc, Luna tak mau berbagi banyak. “Ya kan, tiap peran berbeda-beda. Seru aja,” jawabnya dengan nada malas-malasan, ketika ditemui di Blitz Megaplex, Grand Indonesia (GI), Jakarta Pusat, Jumat (12/11/2010) sore.

Tampaknya Luna masih belum bisa luwes berdiri di hadapan publik. Saat Garin Nugroho mendaulatnya untuk maju ke depan layar bioskop, Luna yang mengenakan dress abu-abu dipadu jaket, memilih berada di belakang Aryo Wahab, sambil memainkan telepon selulernya.

Dia pun rikuh saat bertemu pewarta, padahal hanya sebagian pewarta saja yang mendekati, dan melontarkan pertanyaan kepadanya. Luna pun bergegas meninggalkan Blitz Megaplex, begitu acara selesai.(nov)


  Tulisan 2
Pengalaman
4 Sep 2010
WARGA BABAKAN TERKESAN ACUH TERHADAP PNPM
JARiK Cirebon
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan(PNPM) di Desa Babakan Kecamatan Ciwaringin Kabupaten Cirebon masih Tabu didengar oleh masyarakat setempat. Apalagi untuk mengetahui apa arti dan tujuan dari kebijakan program pemerintah tersebut. PNPM yang pada dasarnya adalah bertujuan untuk membantu masyarakat minoritas dalam ekonomi dan salah satu program pemerintah untuk mengurangi kemiskinan di setiap wilayah yang ada di Indonesia.
Tetapi di Desa Babakan itu sendiri program pemerintah tersebut masih bersifat sembunyi-sembunyi dan terkesan kurang transparan dari pihak pemerintah Desa dan panitia PNPM kepada warganya.Yang lebih menarik lagi warga juga tidak peduli dan acuh tak acuh saja terkait dengan masalah ini. “ Pemerintah Desa dan panitia PNPM Babakan mungkin bukan kurang transparan, tapi lebih tepatnya kurang sosialisasi kepada warga, dan wargapun bersikap acuh atau bersikap masa bodoh dikarenakan warga sudah mengalami krisis kepercayaan terhadap pemerintahan Desa” ujar Agus Fauzi(42), salah satu tokoh pemuda Babakan yang berprofesi sebagai guru. “ Warga sekarang tidak mengurusi hal-hal semacam itu, yang penting bagi warga adalah bagaimana caranya biar kompor gas tetap menyala dan tidak meledak” kata Agus menambahkan.

Ketika salah satu warga, Jaya(46) yang berprofesi sebagai penarik becak ditanyapun jawabannya terbilang sinis. “program apa bae sing pemerintah Desa kita ora nglirik-nglirik acan, mader angger bae baka weteng kampong sih luru mangan dewek, apa maning kita wong cilik. Sing bengen bae ana BLT kita ora oli-oli acan”.(program apa saja yang dari pemerintah Desa, saya tidak  tertarik sama sekali,apa lagi saya orang kecil, tetap saja kalau perut lapar,cari makan sendiri. Yang dulu saja ada program BLT, saya tidak dapat sama sekali).

Sebenarnya pemerintah Desa dan panitia PNPM harus tanggap dengan keadaan ini dan bisa lebih mensosialisasikan program PNPM dan apa saja tujuannya untuk warga. Disamping itu juga pemerintah Desa harus bisa memberikan bukti kepada warga tentang pembangunan fisik yang ada di Desa dan berasal dari dana PNPM tersebut, bukan hanya orang-orang tertentu saja yang paham dan ikut mencicipi dana PNPM, karena tanpa adanya warga, mustahil ada pemerintahan Desa.

Ketika ada Focus Group Discution(FGD) yang diselenggarakan oleh Jaringan Radio Komunitas(JARIK) se Wilayah lll Cirebon di studio 107,7 BBC FM Radio Komunitas Babakan(4/7) dalam pendampingan proteksi sosial pemerintah juga yang hadir dari pihak pemerintah Desa Cuma Bapak Marno(45) yang kapasitasnya sebagai Mandor Desa Babakan dan satu orang dari panitia lokal PNPM. Dan dari diskusi itu sendiri dari pihak Pemdes dan panitia PNPM terkesan seolah-olah Program PNPM di Desa Babakan berjalan dengan baik.biarpun keterangan dari pihak Desa dan panitia PNPM ada yang tidak cocok dengan temuan-temuan di lapangan. Setelah acara Diskusi selesai,dari pihak Pemdes Bapak Marno berujar “ Saya Dan pihak Desa yang lain akan lebih terbuka lagi dengan program apapun dan akan lebih transparan lagi kepada warga, apalagi sekarang ada media sebagai penyambung lidah warga melalui Radio Komunitas BBC” Semua peserta Diskusi dan teman-teman Jarik yang diwakili Rofahan dan Ilham, teman-teman Fahmina Institute diwakili Ade Duryawan, beserta teman-teman Dari PMII Staima dan perwakilan pemuda Babakan mengamini. Amin….(Salman “Bonggan” Alfarisi,BBC FM)

Tulisan 3
 Serikat Buruh China Acuh Dengan Pekerja iPhone Yang Bunuh Diri

CHINA --- Serikat buruh di China bersikap "dingin" terhadap kematian seorang pekerja yang melakukan bunuh diri karena penyelidikannya atas prototipe iPhone yang hilang, menurut laporan website berita utama di daratan, Baidu.
Staf-staf dari Federasi Serikat Dagang China memberitahukan pada Laporan Keuangan Baidu bahwa mereka tidak tahu sedikitpun tentang kejadian itu, dan secepatnya menutup telponnya, sikap mereka "dingin dan mengecewakan".

Tulisan 4
MASYARAKAT ACUH TERHADAP HUKUM
24/03/2010 – 09:30
Fokus pada hukum sekarang lebih teralihkan kepada perkembangan teknologi yang cenderung menuju serba instan dan serba cepat.  
Hal-hal yang digunakan sebagai pembenaran terhadap penerobosan hukum pun semakin banyak, salah satunya adalah kecenderungan muncul semboyan “Peraturan dan hukum dibuat untuk dilanggar”. Ironisnya, semboyan pelanggaran hukum tersebut justru sudah mulai tertanam di benak masyarakat sejak kanak-kanak. Sekadar contoh kecil, banyak siswa yang tidak lagi mengindahkan larangan mencoret-coret meja sekolah.
Sikap hormat terhadap hukum pun menjadi hal yang mustahil untuk dapat ditumbuhkan bila esensi taat hukumnya sudah terlanjur bergeser menjadi acuh hukum.
Sikap mengacuhkan hukum yang berkelanjutan ini bukanlah sepenuhnya kesalahan dari masyarakat, tapi juga didukung dengan tidak efektifnya supremasi hukum di negeri ini. Beberapa faktor penyebab palanggaran peraturan ini antara lain, banyak aturan yang dibuat dengan tidak mempertimbangkan realitas di lapangan. Seperti isu terbaru yang terjadi di Jakarta, yaitu adanya peraturan yang melarang mobil-mobil parkir di tepi jalan umum tertentu, namun tidak didukung  dengan  ketersediaan lahan parkir yang memadai. Dapat diprediksi hal ini menjadi salah satu faktor yang melatarbelakangi keengganan masyarakat untuk mematuhi aturan, terkait dengan kurang realistisnya butir-butir aturan itu sendiri.

Pembaca yang budiman,
Pada keempat berita tersebut terdapat istilah acuh. Acuh masih dipahami sebagai perilaku/tindakan/keputusan tidak peduli, tidak mengindahkan hal/kejadian tertentu. Bukti bahwa kosakata tersebut bermakna tak peduli ditunjukkan oleh kata bercetak tebal pada badan berita, baik di tulisan pertama, kedua, ketiga, maupun keempat.

Senyatanya,
Kata acuh bukan berarti cuek, tidak peduli, tak mau tahu, atau bahasa "girli"-nya lu lu gue-gue. Acuh bernosi peduli, indah.
Pekamus merumuskannya sebagai berikut.
acuh v peduli; mengindahkan: ia tidak -- akan larangan orang tuanya; -- tak -- tidak menaruh perhatian; tidak mau tahu;
meng·a·cuh·kan v memedulikan; mengindahkan: tidak seorang pun yg ~ nasib anak gelandangan itu; acuh·an n hal yg diindahkan; hal yg menarik minat

19 November 2010

Subjek "Menggendong" Koma

Bloger yang berbahagia....

Tanpa bersusah-susah mencari-cari sampai memicing mata saking kelelahan, kita kerap menemukan subjek diikuti tanda hubung koma ( , ) dalam sebuah kalimat—tak terkecuali di berita-berita media cetak ataupun laman. Semestinya subjek kalimat tidak perlu "ditemani" oleh sang koma, alih-alih malah mengganggu sang empunya mata pembaca.

Perkenankan saya cuplikkan sebuah berita dari "korannya Jawa Tengah, Suara Merdeka" sekadar sebagai contoh semata.

Pengungsi Bingung Cari Nafkah
Belum Ada Bantuan buat Pulang

MAGELANG - Setelah pengurangan zona bahaya dari 20 km menjadi 15 km, banyak pengungsi akibat erupsi Gunung Merapi, mulai pulang ke rumah. Dari semula 91.752 pengungsi, kini tinggal 61.752 orang di 256 lokasi pengungsian. (Edisi 19 November 2010).

Kalimat pertama di teras berita tersebut merupakan kalimat majemuk. Inti kalimat terletak pada klausa kedua dan subjek kalimat adalah banyak pengungsi akibat erupsi Gunung Merapi. Alangkah elegan dan menyamankan pembaca apabila tanda baca koma ( , ) setelah subjek tersebut dihilangkan.

Pada kalimat kedua, saya sarankan disusun demikian:
Dari semula 91.752 orang, pengungsi kini tinggal 61.752 orang di 256 lokasi pengungsian.

Argumentasinya: status kalimat tersebut lebih kuat karena mempunyai subjek yang tegas, yaitu kata pengungsi.

Sekadar menyegarkan, berikut saya kutipkan definisi subjek.

sub·jek /subjék/ n 1 pokok pembicaraan; pokok bahasan; 2 Ling bagian klausa yg menandai apa yg dikatakan oleh pembicara; pokok kalimat; 3 pelaku: dl pengkajian itu manusia dapat berperan sbg -- di samping sbg objek pengkajian; 4 mata pelajaran: bahasa Indonesia merupakan -- pokok di sekolah; 5 orang, tempat, atau benda yg diamati dl rangka pembuntutan sbg sasaran;
-- gabungan frasa nominal yg terdiri atas lebih dr satu nomina atau pronomina yg digabungkan dng konjungsi atau intonasi yg berfungsi sbg subjek dl klausa; -- gramatikal subjek; -- logis nomina atau frasa nominal yg dl klausa pasif, berfungsi sbg pelaku atau penyebab perbuatan; untuk membedakannya dr subjek gramatikal; -- politik pemeran politik; -- psikologis topik suatu kalimat, msl orang itu dl kalimat orang itu rumahnya jauh (Sumber: KBBI Daring)



15 November 2010


NAMA-NAMA PEMENANG BULAN BAHASA DAN SASTRA 2010


1. SAYEMBARA PENULISAN ESAI SASTRA
Pemenang I
Nama : Efi Sefiani
Judul : “Yamadipati: Dari Naskah Kuno hingga Naskah Kini”
Alamat : Jalan Karangsari No. 225 RT. 06 RW. 01
Cibeureum, Cimahi Selatan,Bandung,Jawa Barat 40535
Pemenang II
Nama : Rohadi Budi Widyatmoko
Judul : “Manusia Guru dan Sastra Kita”
Alamat : Tegal Rayung No. 485 RT. 13 RW. 4, Pelem,
Simo, Boyolali,Jawa Tengah 57377
Pemenang III
Nama : Abdul Aziz Rasjid
Judul : “Pak Mustakim sebagai Tokoh, Chairul Anwar sebagai Contoh”
Alamat : Perum. Griya Tegalsari Indah
Jalan Kenanga 2M3 No. 1 RT. 09 RW. 10, Ds. Kedug,
Kec. Kembaran, Kab. Banyumas 53182
Pemenang Harapan I
Nama : Dewi Lestari
Judul : “Ketika Sastra Menyuarakan Korupsi”
Alamat : Jalan Jiwantaka I No. 16 RT. 03 RW. 02
Pekarungan, Serang,Banten 42114
Pemenang Harapan II
Nama : Bekti Patria Dwi Hastuti, S.S.
Judul : “Pendidikan Karakter Ala Pesantren dalam Novel
Negeri 5 Menara Karya A. Fuadi”
Alamat : Jalan Ploso No. 58, Madium, Jawa Timur 63115
Pemenang Harapan III
Nama : Heru Kurniawan, S.Pd., M.A.
Judul : “Pembelajaran Sastra pada Anak: untuk
Pembentukan Karakter Cinta Lingkungan”
Alamat : Griya Mulawarman Indah Blok B 7, RT. 04 RW. 01
Karangklesem, Purwokerto Selatan 53144
2. SAYEMBARA PENULISAN NASKAH DRAMA
Pemenang I Tidak ada
Judul : -
Nama : -
Alamat : -
Pemenang II
Nama : Mulyadi
Judul : ”Pencuri Anak Pak Haji”
Alamat : FKIP Universitas Mataram, Gedung D, Lantai 1
Jalan Majapahit No. 62
Nusa Tenggara Barat 83125
Pemenang III
Nama : Amiruddin Ena
Judul : ”La Undi dan Serulingnya”
Alamat : Jalan Betombari No. 109 RT 02/RW 09 (Pondok Fantastik)
Kelurahan Katobangke, Kecamatan Beloambari, Bau Bau
Provinsi Sulawesi Tenggara 93724
Pemenang Harapan I
Nama : Mezra E. Pellondou
Judul : ”Sasando ke Seratus”
Alamat : SMA Negeri 1 Kupang
Jalan Cak Doko No. 59
Kupang, Nusa Tenggara Timur
Pemenang Harapan II
Nama : Nana Riskhi Susanti
Judul : ”Pranatamangsa”
Alamat : Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Negeri Semarang
Kampus Sekaran, Gunungpati 50229
Jawa Tengah
Pemenang Harapan III
Nama : Asmaya, S.Pd.
Judul : ”Ilusi”
Alamat : SMP Negeri 9 Kendari
BTN Kendari Permai Blok Y3 No. 18
Kelurahan Podako, Kecamatan Kambu
Kota Kendari, Sulawesi Tenggara
3. SAYEMBARA PENULISAN CERITA RAKYAT
Pemenang I
Nama : Zakiyah M. Husba
Judul : “Kidung Cinta dari Wonuakongga”
Alamat : Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara
Jalan Holuoleo, Kompleks Bumi Praja
Anduonohu, Kendari 93231
Pemenang II
Nama : Laila Kurniawaty Paada
Judul : “La Bada Hitu Siku” (Si Badan Tujuh Siku)
Alamat : Jalan Tamburaka No. 15
Kendari, Sulawesi Tenggara
Pemenang III
Nama : Yacob Alpius Atapada
Judul : “Tallamang dan Fielamang”
(Cerita Rakyat dari Kecamatan Alor Selatan)
Alamat : Kantor Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Timur
Jalan Jenderal Suharto No 57
Naikoten I,Kupang
Pemenang Harapan I
Nama : Heksa Biopsi P.H.
Judul :“La Ganta-Ganta, Si Anak Pemberani”
(Cerita Rakyat Moronene, Sulawesi Tenggara)
Alamat : Kompleks Bumi Praja,Jalan Holuoleo
Anduonohu,Kendari 93231
Pemenang Harapan II
Nama : Ahmad Thohamudin
Judul : “Secupa, Secaru, Secubu”
Alamat : Jalan Bumimanti, Gang Pelangi 57 RT/RW 02
Desa Kampung Baru,Kedaton, Bandar Lampung
Pemenang Harapan III
Nama : Arman A.Z.
Judul : “Baturaja”
Alamat : Jalan Hasanuddin No. 42/74
Teluk Betung, Bandar Lampung
4. SAYEMBARA PENULISAN CERPEN REMAJA
Pemenang I
Nama : Riska Qadrina
Judul : ”Susu Kecil”
Alamat : MAN 1 Tangerang
Pemenang II
Nama : Gusti Ngurah Arya Bayu Permadi
Judul : ”Kutitip Serpih Hatiku di Mato A’in”
Alamat : SMAN 1 Melaya
Pemenang III
Nama : Any Riaya Nikita Ratriaga
Judul : ”Dunia Fantasi”
Alamat : SMAN 5 Surabaya
Pemenang Harapan I
Nama : Rendi Pradila Habsari
Judul : ”Dias”
Alamat : SMAN 3 Bengkulu
Pemenang Harapan II
Nama : Revina Violet
Judul : ”Lazuardi”
Alamat : SMAN 2 Banjarbaru
Pemenang Harapan III
Nama : Nurul Hidayah
Judul : ”Ketika Aku Harus Menulis Puisi tentang Ayah
Alamat : Universitas Negeri Semarang
5. PENGHARGAAN SASTRA PUSAT BAHASA
1. Nama : Afrizal Malna
Judul buku : Teman-Temanku dari Atap Bahasa (kumpulan puisi)
2. Nama : Linda Christanty
Judul buku : Dari Jawa Menuju Atjeh (jurnalisme sastrawi)
3. Nama : Nukila Amal
Judul buku : Laluba (kumpulan cerpen)
6. SAYEMBARA CIPTA PUISI REMAJA
Pemenang I
Nama : Dayinta Pramaharsi
Judul : ”Jika Aku Guru Sastra”
Alamat : Kumendaman MJ 2 No. 612
Jalan Pugeran Timur, Yogyakarta
Pemenang II
Nama : Tarmudi
Judul : ”Tentang Bahasa”
Alamat : Jalan Semboja Rt. 03/06
Pakembaran,Slawi, Tegal
Jawa Tengah,52415
Pemenang III
Nama : Kemas Ferri Rahman
Judul : ”Kami dan Kata-Kata”
Alamat : Jalan Batu Putih No. 72
Talang Pancur, Muara Duo, Oku Selatan
Sumatera Selatan, 32171
Pemenang Harapan I
Nama : Andreas Aswin
Judul : ”Sumbu”
Alamat : Jalan Martil No. 20
Kampung Ambon, Jakarta Timur, 13210
Pemenang Harapan II
Nama : Marfidah
Judul : ”Siluet Dunia Sastra”
Alamat : Wareng 33/11, Donomulyo
Nanggulan, Kulon Progo
Yogyakarta, 55671
Pemenang Harapan III
Nama : Moh. Nurul Kamil
Judul : ”Perdebatan Rahasia di Malam Luka”
Alamat : Jalan Raya Candi No. 27 Rt 01/Rw 11
Batang-Batang, Sumenep, 69473
7. LOMBA PEMBUATAN BLOG KEBAHASAAN DAN KESASTRAAN
Pemenang I
Nama : Drs. Sawali, M.Pd.
Judul : Bahasa dan Sastra Indonesia: Membangun Karakter Bangsa
Tautan : http://cintabahasa.co.cc
Pemenang II
Nama : Siska Yuniati
Judul : Media Aksara
Tautan : http://mediaaksara.wordpress.com
Pemenang III
Nama : Didik Durianto, S.Pd.
Judul : Megaportal Bahasa dan Sastra
Tautan : http://literatur-bahasawan.blogspot.com
Pemenang Harapan I
Nama : Iqbal Nurul Azhar, S.S.
Judul : Pusat Bahasa Al Azhar
Tautan : http://pusatbahasaalazhar.wordpress.com
Pemenang Harapan II
Nama : Babang Juwanto
Judul : Aku, Pengetahuan, Ilmu, dan Filsafat
Tautan : http://babang-juwanto.blogspot.com
Pemenang Harapan III
Nama : Kris Bheda Somerpes
Judul : Jejak Kata Buana
Tautan : http://krisbheda.wordpress.com
8. PENILAIAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DI MEDIA MASSA
Terbaik I
Koran Tempo (DKI)
Terbaik II
Kompas (DKI)
Terbaik III
Media Indonesia (DKI)
Terbaik IV
Republika (DKI)
Terbaik V
Sinar Harapan (DKI)
Terbaik VI
Suara Pembaruan (DKI)
Terbaik VII
Pikiran Rakyat (Jawa Barat)
Terbaik VIII
Seputar Indonesia (DKI)
Terbaik IX
Kedaulatan Rakyat (DIY)
Terbaik X
Jawa Pos (Jawa Timur)
9. FESTIVAL MUSIKALISASI PUISI TINGKAT DKI
Pemenang I : SMAK 5 Penabur Jakarta
Judul : “Lagu Tanah Airku” karya Piek Ardijanto Soeprijadi
Pemenang II : SMA Negeri 27 Jakarta
Judul : “Sebuah Rumah Jepara” karya Adri Darmadji Woko
Pemenang III : SMA Pelita III
Judul : “Rumah Puisi” karya Ajamuddin Tifani
Pemenang Harapan I : SMAN 62 Jakarta
Judul : “Lagu Tanah Airku” karya Piek Ardijanto Soeprijadi
Pemenang Harapan II : SMA Perguruan Ksatrya
Judul : ”Gerimis” karya Abdul Hadi W.M.
Pemenang Harapan III : MAN Pembangunan UIN
Judul : ”Lagu Tanah Airku” karya Piek Ardijanto Soeprijadi
10. FESTIVAL MUSIKALISASI PUISI TINGKAT NASIONAL
Pemenang I : SMA Negeri I Pekanbaru
Judul puisi wajib : “Malam Laut” karya Toto Sudarto Bachtiar
Judul puisi pilihan : ”Sunyi” karya Amir Hamzah
Pemenang II : SMA Santo Yoseph Bali
Judul puisi wajib : “Malam yang Susut Kelabu” karya Goenawan Muhammad
Judul puisi pilihan : ”Sia-Sia” karya Chairil Anwar
Pemenang III : SMA Negeri I Lembang
Judul puisi wajib : “Malam Laut” karya Toto Sudarto Bachtiar
Judul puisi pilihan : ”Rubayat Matahari” karya Jamal D. Rachman
Pemenang Harapan I : SMAK 5 Penabur Jakarta
Judul puisi wajib : “Bunga Gugur” karya W.S. Rendra
Judul puisi pilihan : ”Serenada Biru” karya W.S. Rendra
Pemenang Harapan II : SMA Negeri 1 Kotabesi, Palangkaraya
Judul puisi wajib : ”Bunga Bakung” karya Saini K.M.
Judul Puisi pilihan : ”Serenada Biru” karya W.S. Rendra
11. KUIS TIARA BAHASA
Pemenang I : SMA PGRI Depok
1. Mamat Rasmat
2. Jaka Dwi Juniardi
Pemenang II : SMAN 4 Jakarta
1. Annisa Vini Cahyati
2. Eva Dwi Pratiwi
Pemenang III : SMA Al-Azhar BSD
1. Julang Fahman
2. Sabrina Wahyu Wijayanti
Pemenang Harapan I : SMAN 63 Jakarta
1. Windi Riyadi
2. Falah Hilmi
Pemenang Harapan II : SMAN 21 Jakarta
1. Faradis Rahmawati
2. Rizal Azhari
Pemenang Harapan III : SMAN 65 Jakarta
1. Maimunah
2. Finesta Biyantika
12. DEBAT BAHASA
Pemenang I : Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia
STKIP Setia Budi
1. M. Noor Ichsan
2. Jarnuji
3. Fitriah
Pemenang II : Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya,
Universitas Indonesia
1. Dewi Lestari
2. Julia Sarah
3. Pramita Nurhayati
Pemenang III : Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
1. Ana Monica Rufisa
2. Lia Kurniawati
3. Aang Arwani
Pemenang Harapan I : Program Studi Pendidikan Bahasa san Sastra Indonesia,
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
1.Halimah Tusya Diah
2.Riatun
3.Wulan Widari Endah
Pemenang Harapan II : Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
FBS, Universitas Indraprasta PGRI,Jakarta
1. Winda Yulfamita R.
2. Sri Rezeki
3. EkoYulianto
Pemenang Harapan III: Jurusan Bahasa dan Sastra Arab,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
1.Denden Taupik Hidayat
2.Abdallah Sy
3.Nur Khayati Aida
13. DUTA BAHASA
Pemenang I
Provinsi : Bali
Nama : Made Dwi Setyadhi M.
Ni Nym. Krisna Kumalayani
Pemenang II
Provinsi : DKI
Nama : Bryan Gunawan
Linda Dwi Putri J.
Pemenang III
Provinsi : Jawa Tengah
Nama : Greget Kalla Buana
Vienna Paramitha A.
Pemenang Harapan I
Provinsi : Sumatra Barat
Nama : Loveandiyo M.R.
Intan Permata Sari
Pemenang Harapan II
Provinsi : Sumatra Utara
Nama : Edward Tosio Fransetia S.
Aminah Rizki Lubis
Pemenang Harapan III
Provinsi : Sulawesi Utara
Nama : Jerianto Bolang
Fergie S. Mahaganti
14. LOMBA KETERAMPILAN BERBAHASA INDONESIA BAGI PESERTA BIPA
Pemenang I
Nama : Sarah Dinsmore
Asal Negara : Australia
Pemenang II
Nama : Nicholas Mark
Asal Negara : Australia
Pemenang III
Nama : Nicholas Williams
Asal Negara : Amerika Serikat
(Sumber: http://pusatbahasa.depdiknas.go.id)

08 November 2010

 Kenapa dan Bagaimana Rubah Hadir di Belantika Bahasa Indonesia?


Sobat,

Tidak sedikit bahasawan yang menghadirkan "satwa" ketika berbahasa, baik secara lisan ataupun tulisan. Tak terbilang jumlah pemunculannya, parahnya banyak pula dijumpai di lembar-lembar ilmiah. Mestikah destinasi bahasa yang kudu formal dibayang-bayangi selalu oleh si "fauna" tersebut?
Sumber:
unik.supericsun.com
 Dialah rubah. Sedikit saya segarkan ingatan dan pemahaman Anda perihal binatang ini. Rubah ialah karnivora kecil. Ada sejumlah 27 spesies rubah. Mereka termasuk hewan omnivora dan anggota terkecil famili Canidae (mamalia yang berhubungan dengan anjing). Mereka pelari ulung: cepat dan tangkas. Rubah bisa ditemui di semua benua, hidup di hutan, semak-semak dan padang pasir. Makanan rubah kebanyakan adalah tikus, vole, kelinci, telur burung, serangga besar dan daging bangkai anjing.
 Kenapa dan dengan cara apa rubah hadir di belantika bahasa Indonesia? Usut milik usut ternyata ada kekeliruan yang latah, kesalahan berbahasa yang nyaris jadi mafhum, yaitu pemakaian kata berimbuhan ubah. 
Tidak sedikit media massa, dalam jaringan ataupun media cetak, memakai istilah itu. Baiklah kita minta tolong paman Google untuk membuktikannya. 
 Sang paman melaporkan, setidaknya terdapat sejumlah 3.740.000 kata merubah. Wow jumlah yang sungguh fantastik.
Sobat, kita sepakat bahwa kata dasar ubah ketika mendapat imbuhan me- maka terjadilah  nasal (ng), menjadi mengubah, bukan merubah.

Yuk, kita perhatikan contoh kalimat berikut.
A. Parman yakin, ia bisa mengubah penampilan dan perilaku Parmin.
B. Parman yakin, ia bisa merubah penampilan dan perilaku Parmin.

Kalimat pada item A pasti membuat ibu/bapak guru senyum sumringah karena peserta didiknya mahir berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Sayang, pada item B menghadirkan suasana horor, absurd, dan gelitik, klenik karena Si Parman memiliki ilmu mengubah wajah, ia merubah, berubah menjadi rubah dan siap-siap menerkam Parmin yang lagi mendendangkan lagu Gang Kelinci-nya Eyang Titiek Puspa.




04 November 2010

Bahasa Tunduk pada Keganasan Merapi




Asap membubung di puncak Merapi, awal November 2010. Sumber: Kompas.com
 

Di medio Oktober 2010, Indonesia direpoti oleh bencana alam. Tsunami di Mentawai "mengangkat" ratusan hamba ke alam barzah. Gempa bumi Wasior, Papua, tak kalah tragis. Tak terhitung kerugian harta benda akibat tragedi tersebut. Bencana yang tak kalah prestise ialah erupsi Gunung Merapi. Tiap gunung teraktif di dunia itu berulah, ratusan media massa pasti berkompetisi memberitakannya ke dalam bentuk teks, gambar, audio, ataupun audiovisual. Dunia pun terkesima. Tiap insan—semestinya—mafhum dan mengamini akan kebesaran ciptaan-Nya.


Ada banyak ilmu yang didapat dari aktivitas alam tersebut. Ilmu hakikat bisa kita dapati bahwa manusia itu adalah makluk lemah. Ia tunduk pada keberaturan. Allah sebagai Sang Pemilik Hidup berhak mengelola alam seisinya. Ilmu kalam jua berserakan. Pemahaman, pengetahuan, wawasan, kosakata perihal kebumian, vulkanologi, kegunungapian semakin luas dan dalam.

Di sisi kebahasaan, pemakai bahasa Indonesia tak asing lagi dengan istilah: deformasi, lava, magma, erupsi, efusif, lahar dingin, asap solfatara, kubah, dan sebagainya. Saya hanya pengin berbagi tahu perihal erupsi versus meletus.

Sobat,
Selama ini, saya selalu menggunakan istilah "erupsi" untuk mengatakan proses keluarnya material, berupa batu besar-kecil, pasir, lumpur, dari perut Merapi. Pada peristiwa tragedi Merapi tahun 2006, ketika mengedit tulisan wartawan, saya disiplin dan konsisten mengubah istilah "meletus" menjadi "erupsi". Argumentasinya: Gunung Merapi memiliki kekhasan yang hampir tak dimiliki oleh gunung-gunung lainnya. Ia memuntahkan material dengan cara melelehkannya melewati punggung gunung. Ia tidak pernah memuncratkan atawa meletuskan material secara vertikal. Keunikan ini diakui oleh banyak pakar, praktisi vulkanologi sehingga tak sedikit ahli mengistilahkan batuk Merapi sebagai batuk terindah. Erupsi nan indah.

Saya juga pernah membuktikannya. Di tahun 2006 itu, saya sering menemani sang jurnalis foto ke areal terdekat Merapi. Ia memang teman yang militan dan total pada profesinya. Sosoknya elegan, tak kenal lelah, dan pemberani. Kami kerap bermalam di Dusun Kalitengah Lor, yang berjalan tak lebih dari 4,5 kilometer dari puncak Merapi. Di lain malam, kami bereksperimen dengan sudut pandang lain, misalnya di Balerante, Klaten, Jawa Tengah, dan Babadan, Magelang. Waktu itu Merapi batuk. Ia melelehkan lava pijar. Warnanya merona merah kekuningan. Ia meluncur deras diiringi gemuruh nan menggelegar.

Akan tetapi, di Oktober 2010, dunia tercengang. Merapi tak seindah dahulu lagi. Ia sudah tak mau sekadar erupsi. Ia benar-benar telah menunjukkan keangkuhan dan kegagahannya. Merapi pun meletus. Tak malu-malu, ia semprotkan awan panas (wedhus gembel) hingga radius 8 kilometer. Abu vulkanik tak segan ia muntahkan sampai Jawa Barat dan Kota Yogyakakarta. Semua orang gemas diselimuti takut mencekam. Dusun Kinahrejo dilibas tuntas. Mbah Maridjan sang juru kunci andalan Sultan Hamengku Buwono IX dan 33 warga diperkenankan menuntaskan tugas di dunia fana.

Akhirnya, sah-sah saja pastinya bahasawan mengistilahkan Merapi sedang meletus. Jadi, arahan ahli vulkanologi yang menyarankan pemakaian istilah "erupsi" telah terpatahkan oleh keganasan Merapi sendiri, sang empunya cerita.

Gunung Merapi telah meletus. Erupsi eksplosif tersebut mengeluarkan awan panas sampai radius 8 kilometer. Akhirnya, status Merapi tak sekadar Awas. Statusnya menjadi Kritis. Artinya, orang harus mengungsi terlebih dahulu supaya tidak dilumat habis awan panas yang bersuhu lebih dari 600 derajas celsius.